Saturday, October 30, 2010

Ragam Ilmiah dalam Penulisan Ilmiah

Karya tulis akademik dan ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung berhadapan dengan penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau pada beberapa tahun setelahnya. Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna yang ingin disampaikan penulis akan sama persis seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa terikat waktu. Kesamaan interpretasi terhadap makna akan tercapai jika penulis dan pembaca mempunyai pemahaman yang sama terhadap kaidah kebahasaan yang digunakan. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang utama.

Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa yang berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.

Pada bahasa ragam ilmiah, ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu yaitu :

  • Baku. Sturuktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik mengenai struktur bahasa kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
  • Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. Contoh : "Masalah pengembangan dakwah kita tingkatkan." ide kalimat tersebut tidak logis, pilihan kata "masalah" kurang tepat atau tidak spesifik.
  • Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Perhatikan contoh di bawah ini:Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan perguruan tinggi. Arti kata kebanyakan relatif, mungkin bisa 5, 6 atau 10 orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita benahi menjadi Da’i di Gunung Kidul 5 orang lulusan perguruan tinggi, dan yang 3 orang lagi dari lulusan pesantren.
  • Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh: “Jamban pesantren yang sudah rusak itu sedang diperbaiki.”Kalimat tersebut, mempunyai makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban, atau mungkin juga pesantren.
  • Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
  • Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

Teknik Menulis Ilmiah
Bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah mempunyai fungsi yang sangat penting, karena bahasa merupakan media pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah bahasa Indonesia ilmiah.
Bahasa Indonesia yang digunakan didalam tulisan ilmiah ternyata tidak selalu baku dan benar, banyak kesalahan sering muncul dalam tulisan ilmiah.

Bahasa Tulis Ilmiah
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis
dan ragam bahasa ilmiah.

Ciri Ragam Bahasa Tulis :
(1) Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat,
(2) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
(3) Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
(4) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.

Ciri Ragam Bahasa Ilmiah :
CENDEKIA, LUGAS, JELAS, FORMAL, OBYEKTIF, KONSISTEN,
BERTOLAK DARI GAGASAN, SERTA RINGKAS DAN PADAT.

Teknik Menulis Ilmiah
Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat
formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat
dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.

Kata Formal : wanita, daripada, hanya, membuat, dipikiran, bagaimana, matahari
Kata Non-formal : Wanita, Ketimbang, Cuma, Bikin, Dipikirin, Gimana, Mentari

Kata Ilmiah Teknis : Modern, Alibi, Argumen, Informasi, Sinopsis, Urine
Kata Ilmiah Populer : Maju, Alasan, Bukti, Keterangan, Ringkasan, Air kencing


Bentukan Kata bernada

Formal : Menulis, Mendengarkan, Mencuci, Bagaimana, Mendapat, Tertabrak, Pengesahan
Non-formal : Nulis, Dengarkan, Nyuci, Gimana, Dapat, Ketabrak, Legalisir

Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh:
(1) kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat)
(2) ketepatan penggunaan ata fungsi atau kata tugas
(3) kebernalaran isi
(4) tampilan esei formal.
Sebuah kalimat dalam tulisan ilmiah setidak-tidaknya memiliki subyek dan predikat.


    Kesalahan Umum Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah
    Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah pada umumnya berkaitan dengan:
     
    • Kesalahan Penalaran. Kesalahan penalaran yang umum terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intra-kalimat dan antar-kalimat. Contoh : Kegiatan penelitian di bidang ilmu hortikultur akan meningkatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya persatuan dan kesatuan.
    • Kerancuan. Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau lebih. Kerancuan dapat dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat. Contoh : Memperlihatkan dari melihatkan dan memperlihat Memperdengarkan dari mendengarkan dan memperdengar Memperdebatkan dari memperdebat dan mendebatkan Memperjadikan dari menjadikan dan memperjadi Memperlebarkan dari melebarkan dan memperlebar Mempertinggikan dari mempertinggi dan meninggikan dan lain sebagainya dari dan lain-lain serta dan sebagainya
    • Pemborosan. Pemborosan terjadi apabila terdapat unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa. Contoh : Parameter percobaan yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan terdiri dari dua parameter, yaitu parameter utama dan parameter penunjang.
    • Ketidaklengkapan Kalimat. Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya mempunyai pokok (subyek) dan penjelas (predikat). Contoh : Penelitian yang dilakukan menghasilkan teknologi baru tentang sistem pertanian organik.
    • Kesalahan Kalimat Pasif. Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan oleh penulis karya tulis ilmiah adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif. Contoh : Berbagai kesalahan departemen teknis dalam kuartal pertama tahun 2001 berhasil diungkap melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah siapa yang berhasil ? Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan departemen teknis ?
    • Kesalahan Ejaan. Bahasa Indonesia telah mempunyai kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lebih dikenal dengan istilah EYD.

    Kesimpulan :
    Pengetahuan berbahasa yang benar (menurut kaidah bahasa Indonesia) sangat diperlukan dalam penulisan ilmiah. Karena diharapkan saat seseorang membaca tulisan ilmiah kita, apa yang ditangkap oleh pembaca akan sama dengan yang dimaksudkan oleh penulis.  Dengan penulisan dan bahasa yang benar atau sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia maka dapat meminimalkan salah pengertian terhadap isi tulisan ilmiah tersebut.


    Sumber : 

    t_wahyu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../ragamilmiah.doc
    http://atikolucyu.blogspot.com/2009/10/peranan-bahasa-indonesia-dalam_23.html